PENGENALAN
PENYAKIT TANAMAN HORTIKULTURA
(Laporan Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman
)
Oleh
Nita Oktami
1014023084
LABORATORIUM
HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
PROGRAM STUDI
AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2011
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hortikultura adalah kebun yang
bercocok tanam berbagai jenis tanaman sayur-sayuran,
buah – buahan atau tanaman hias. Tanaman Hortikurtura memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai
Sumber bahan makanan, Hiasan/keindahan, dan juga Pekerjaan. Hortikultura
terbagi atas empat bagian yaitu Sayur-sayuran, Buah-buahan, tanaman Hias, dan
tanaman obat. Ilmu hortikultura berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan
lainnya, seperti teknik budidaya tanaman, mekanisasi, tanah dan pemupukan, ilmu
cuaca, dan sebagainya.
Tanaman
hortikultura sangat penting untuk dibudidayakan dan dipelihara, mengingat
fungsi tanaman hortikultura sebagai sumber bahan makanan manusia. Dilain sisi,
tanaman hortikultura mendapat serangan penyakit dari berbagai patogen, baik
virus maupun bakteri. Jika keadaan ini dibiarkan tanpa ada pengelolaan, maka
hasil tanaman hortikultura akan semakin turun. Karena itu perlu adanya
penangana dan pemeliharaan tanaman hortikultura.
B. Tujuan Praktikum
Ada
beberapa tujuan dalam praktikum ini yaitu:
1. Mengetahui
tanaman-tanaman hortikultura.
2. Mengetahui
pentingnya tanaman hortikultura.
3. Mengetahui
pengelolaan penyakit pada tanaman hortikultura.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Cabai adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat
digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, bergantung dari penggunaannya. Sebagai bumbu, buah
cabai yang pedas sangat
populer di Asia
Tenggara sebagai penguat rasa makanan. Bagi seni masakan
Padang, cabai bahkan dianggap sebagai
"bahan makanan pokok" kesepuluh (alih-alih sembilan). Sangat sulit
bagi masakan Padang dibuat tanpa cabai. Cabai merah Besar (Capsicum annuum L.) merupakan
salah satu jenis sayuran yang memilki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai
mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Cabai
mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal
bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini adalah pada cabai hijau. Cabai juga
mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan sebagai zat anti kanker. Cabai (Capsicum
annum L) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan
oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi dan
memiliki beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah zat capsaicin
yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker. Selain itu kandungan
vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan harian setiap
orang, namun harus di konsumsi secukupnya untuk menghindari nyeri lambung (Prajananta,
1995).
Apokat memiliki banyak manfaat. Bijinya digunakan dalam
industri pakaian sebagai pewarna yang tidak mudah luntur. Batang pohonnya dapat
digunakan sebagai bahan bakar. Kulit pohonnya digunakan sebagai pewarna warna
coklat pada produk dari bahan kulit. Daging buahnya dapat dijadikan hidangan
serta menjadi bahan dasar untuk beberapa produk kosmetik dan kecantikan. Alpukat
atau avokad memiliki kandungan nutrisi yang sangat tinggi. Alpukat atau avokad
setidaknya mengandung 11 vitamin dan 14 mineral yang bermanfaat. Alpukat kaya
akan protein, riboflavin (atau dikenal sebagai vitamin B2), niasin (atau dikenal sebagai vitamin B3), potasium (atau lebih dikenal sebagai kalium), dan vitamin C.
Selain itu alpukat mengandung lemak yang cukup tinggi. Namun jangan takut
karena lemak pada alpukat mirip dengan lemak pada minyak zaitun yang sangat sehat. Lemak yang
dikandung dalam alpukat adalah lemak tak jenuh yang berdampak positif dalam
tubuh. Lemak pada alpukat juga digunakan dalam pembuatan sabun dan kosmetik (Sinaga, 2006).
Pisang adalah nama
umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musaceae.
Beberapa jenisnya (Musa acuminata, M. balbisiana, dan M. ×paradisiaca)
menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan sama. Buah ini
tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun
menjari, yang disebut sisir.
Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang, meskipun ada beberapa
yang berwarna jingga, merah, hijau, ungu, atau bahkan hampir hitam. Buah pisang
sebagai bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat)
dan mineral, terutama kalium. Pisang
mempunyai kandungan gizi sangat baik, antara lain menyediakan energi cukup
tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain. Pisang kaya mineral seperti
kalium, magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Pisang juga mengandung vitamin,
yaitu C, B kompleks, B6, dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter
dalam kelancaran fungsi otak.
Kandungan energi pisang merupakan energi instan, yang mudah
tersedia dalam waktu singkat, sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan
kalori sesaat. Karbohidrat pisang merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang
dan tersedia secara bertahap, sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu
tidak terlalu cepat. Karbohidrat pisang merupakan cadangan energi yang sangat
baik digunakan dan dapat secara cepat tersedia bagi tubuh. Gula pisang
merupakan gula buah, yaitu terdiri dari fruktosa yang mempunyai indek glikemik
lebih rendah dibandingkan dengan glukosa, sehingga cukup baik sebagai penyimpan
energi karena sedikit lebih lambat dimetabolisme. Sehabis bekerja keras atau
berpikir, selalu timbul rasa kantuk. Keadaan ini merupakan tanda-tanda otak
kekurangan energi, sehingga aktivitas secara biologis juga menurun (Sunarjono,
2003).
Tomat adalah tanaman yang paling mudah dijumpai.
Warnanya yang cerah sungguh menarik. Selain kaya vitamin C dan A, tomat konon
dapat mengobati bermacam penyakit. Kalau dirunut sejarahnya, tomat atau Lyopercisum esculentum pada mulanya ditemukan di sekitar
Peru, Ekuador dan Bolivia. Tomat juga banyak digunakan untuk masakan, seperti sup, jus, pasta, dllnya.
Rasanya yang sedikit asam bahkan membuat selera makan meningkat. Lebih jauh
menurut penelitian DR. John Cook Bennet dari Wiloughby University, Ohio,
sebagai orang pertama yang meneliti manfaat tomat, pada November 1834,
menunjukkan bahwa tomat dapat mengobati diare, serangan empedu,gangguan
pencernaan dan memulihkan fungsi lever. Peneliti lain dari Rowett Research
Institute di Aberdeen, Skotlandia, juga berhasil menemukan manfaat tomat
lainnya. Menurutnya, gel berwarna kuning yang menyelubungi biji tomat dapat
mencegah penggumpalan dan pembekuan darah yang dapat menyebabkan penyakit
jantung dan stroke (Anonim, 2010).
III.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Nama Penyakit
|
Gambar
|
Antraknosa
|
Tanaman Cabai
Colletotrichum capsici
|
Virus Mosaik
|
Tanaman Cabai
Cucumber mosaic virus (CMV)
|
Bercak Daun Cercospora
|
Tanaman Alpukat
Cercospora purpurea
|
Bercak Daun Cercospora
|
Tanaman Pisang
Mycosphaerella musicola
|
Kerdil Pisang
|
TanamanPisang
Bunchy top Virus
|
Layu Bakteri
|
Tanaman Pisang
Pseudomonas solanacearum
|
Busuk Lunak
|
Tanaman Tomat
Erwinia carotovora
|
B. Pembahasan
Ada
beberapa penyakit yang menyerang pada tanaman hortikultura. Tanaman
hortikultura yang kami amati adalah tanaman cabai, alpukat, pisang, dan tomat.
1.
Tanaman
Cabai
Antraknosa
dan virus mosaik adalah contoh penyakit yang menyerang tanaman cabai, penyakit
yang disebabkan oleh jamur dan virus ini memiliki gejala-gejala pada tanaman
yang diserangnya.
a.
Antraknosa
Antraknos
pada cabai besar menyebar di semua daerah penanaman cabai, gejala yang ditimbulkan
dalam pengamatan saat praktikum adalah pada buah cabai terlihat membusuk.
Dibagian tengah hingga ujung cabai terlihat membusuk dan berwarna merah
kehitaman. Warna cabai tidak merah segar seperti cabai normal. Secara rinci
cabai yang terkena penyakit antraknosa adalah mula-mula Colletotrichum capsici
membentuk bercak cokelat kehitaman, kemudian meluas menjadi busuk lunak. Pada
tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri atas kelompok
seta (tonjolan seperti rambutyang kaku pada spora) dan konodium jamur. Serangan yang berat dapat
menyebabkan seluruh buah mengerut(keriput) dan mengering. Buah yang seharusnya
berwarna merah manjadi berwarna jerami. Jamur membentuk bercak kecil yang tidak
meluas jika cuaca kering. Tetapi setelah buah dipetik, karena kelembapan udara
yang tinggi selama disimpen dan diangkut, jamur akan berkembang dengan cepat.
Colletotrichum capsici juga dapat menyerang ranting-ranting muda dan
menyebabkan mati ujung.
Penyebab
penyakit antraknosa adalah Colletotrichum capsici yang awalnya disebut
Colletotrichum nigrum. Jamur ini memiliki aservulus, tersebar, di bawah
kutikula atau pada permukaan, garis tengahnya 100 mikro meter, hitam engan
benyak seta. Seta cokelat tua, bersekat, kaku, meruncing ke atas. Konidium
hialin, berbentuk tabung silindris, ujung-ujungnya tumpul, atau bengkok seperti
sabit. Jamur membentuk banyak klerotium dalam jaringan tanaman sakit atau dalam
medium biakan.
Daur
penyakit ini awalnya jamur pada buah masuk ke dalam ruang biji kemudian
menginfeksi biji. Nantinya jamur akan menginfeksi semai yang tumbuh dari biji
buah sakit. Jamur menyerang daun dan betang, nantinya dapat menginfeksi
buah-buah. Tanaman yang sedang tumbuh jarang diserang oleh jamur, tetapi
memakaitanaman ini untuk bertahan sampai terbentuk buah hijau. Jamur juga dapat
mempertahankan diri dalam sisa-sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium
disebarkan oleh angin.
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi penyakit pada cabai ini. Penyakit kurang
terdapat pada musim kemarau, di lahan yang mempunyai drainasi baik, dan
gulmanya terkendali dengan baik. Intensitas penyakit antraknos akan rendah jika
cabai ditanam dengan tumpang sari denagn tomat dan jagung, tetapi akan
meningkatkan bercak daun. Buah cabai yang muda cenderung lebih rentan dibandingkan
dengan buah yang setengah masak, tetapi perkembangan bercak karena jamur
Colletotrichum capsici lebih cepat terjadi pada buah yang lebih tua walaupun
buah muda lebih cepat gugur karena infeksi.
Pengelolaan
untuk penyakit yang disebabkan oleh Colletotrichum capsici ini dapat dilakukan
dengan cara: pertama, tidak menanam biji yang telah terinfeksi. Jangan
mengambil biji pada buah-buah yang terinfeksi. Fungisida juga dapat mematikan
jamur tanpa mempengaruhi perkecambahan benih. Kedua, jika diperlukan penyakit
dapat dikelola dengan penyemprotan fungisida. Benomil, kaptafol, klorotalonil
adalah beberapa funisida yang dapat digunakan untuk keperluan ini. Ketiga,
ekstrak daun nimbi dapat menghambat pertumbuhan koloni dan pembentukan konidium
jamur Colletotrichum capsici di laboratorium.
b.
Virus
Mosaik
Pada
tanaman cabai sering didapatkan gejala mosaik yang dapat menimbulkan kerugian
yang cukup besar. Gejala mosaik ini dapat disebabkan oleh berbagaii virus,
salah satunya Cucumber mosaic virus (CMV). Cucumber mosaic virus (CMV dapat
mengadakan infeksi tanpa menimbulkan gejala-gejala yang jelas, namun infeksi
ini dapat mengurangi produksi. Gejala yang timbulkan pada tanaman cabai yang
terkena penyakit ketika diamati daunnyaa keriting, warna daun menguning, dan
sedikit ada bercak-bercak putih ( klorosis). Secara terinci gejala pada saat
infeksi Cucumber mosaic virus (CMV) pada cabai aawalnya tanaman tampak sebagai
menguningnya tulang-tulang daun, atau terjadinyaa jalur kuning sepanjang tulang
daun. Daun menjadi belng hijau muda dan hijau tua. Daun lebih kecil dan sempit
daripada biasa. Jika tanaman terinfeksi pada saat masih muda, makan akan
terhambat buahnya dan menjadi kerdil. Tanaman yang sakit sering menghasilkan
buah yang tampak berjerawat dan kecil-kecil.
Cucumber
mosaic virus (CMV) dapat ditularkan hanya dengan gosokan maupun kutu daun.
Pekerja yang menangani semai-semai dapat menularkan virus kebanyak tanaman. Virus
juga mungkin terdapat didalam banyak
tumbuhan, termasuk gulma, disekeliling pertanaman cabai. Ketahanan tanaman
cabai tergantung pada umur tanaman tersebut. Sampai sekarang belum ada varietas
yang tahan terhadap Cucumber mosaic virus (CMV).
Pengelolaan
untuk mengurangi Cucumber mosaic virus (CMV) yaitu pertama, mengendalikan gulma
yang termasuk dalam suku terung-terungan (Solanaceae). Kedua, menangani
semai-semai dengan hati-hati, sebelumnya tangan dicuci dengan sabun atau
deterjen. Ketiga, tanaman yang bergejala segera dicabut. Keempat, mengurangi
populasi kutu daun khususnya Myzus persicae yang bertindak sebagai vector
virus.
2.
Tanaman
Alpokat
Salah
satu penyakit yang menyerang tanaman alpukat adalah bercak daun cercospora.
Bercak daun cercospora yang disebut juga bercak cokelat tersebar luas di daerah
persebaran cokelat. Penyakit dapat timbul pada daun, namun kerugian yang cukup
besar terjadi pada buah.
Gejala
yang ditimbulkan penyakit pada daun setelah diamati adalah ada bercak-bercak
cokelat di permukaan daun. Secara lebih rinci dilihat dari literatur buku
gejalanya adalah bercak pada daun kecil-kecil, bersudut-sudut, tetap
terpisah-pisah atau bersatu sampai mencapai garis tengah. Bercaki berwarna
cokelat muda dengan tepi berwarna lebih tua.
Pada buah terjadi bercak-bercak cokelat, agak mengendap, dengan batas
tengah tetapi tidak teratur. Ketika cuaca lembab terbentuk bintik-bintik kelabu
yang terdiri dari berkas konidiofor dengan konidium. Kelak pada bercak tadi
terjadi celah-celah yang dapat menjadi jalan masuk bagi jasad-jasad lain yang
membusukan buah.
Penyakit
bercak daun cercospora ini adalah jamur Cercospora purpurae yang lebih dikenal
dengan naman Pseudocercospora purpurae. Jamur memiliki stroma berwarna gelap.
Cercospora purpurae bertaahn pada daun dan buah yang sakit, yang akan membentuk
konidium jika cuaca lembab. Konidium disebarkan oleh angin dan percikan air.
Penyakit lebih banyak terdapat di dataran rendah. Pengelolaan untuk mengatasi
penyakit ini dilakukan dengan cara member fungisida jika diperlukan penyakit.
3.
Tanaman
Pisang
Pada
tanaman pisang ada beberapa jenis penyakit yang menyerangnya, contohnya bercak
daun cercospora, kerdil pisang, dan layu bakteri.
a.
Bercak
Daun Cercospora
Penyakit
bercak daun cercospora yang dikenal juga dengan naman penyakit Sigatoka
ditemukan pertama kali di Jawa. Gejala yang terlihat saat pengamatan di praktikum
adalah ada bercak cokelat di permukaan daun, daun tidak berwarna hijau segar
melainkan berwarna hijau kekuning-kuningan. Secara jelas gejala yang
ditimbulkan adalah pertama tampak jelas pada daun ke-3 dan daun ke-4 dari
puncak sebagai bintik-bintik memanjang, berwarna kuning pucat atau hijau
kecokelatan, arahnya sejajar dengan tulang daun. Sebagian dari bercak tersebut
menjadi bercak, berwarna cokelat tua sampai hitam, jorong atau bulat panjang.
Pada daun yang lebih tua pusat bercak daun mengering, berwarna kelabu muda
dengan tepi berwarna cokelat gelap, yang dikelilingi oleh halo berwarna kuning
cerah. Pada pusat bercak yang berwarna kelabu sering terdapat titik-titik hitam
yang terdiri atas sporodokium jamur yang menghasilkan banyak konidium.
Pada
umunya penyakit tidak mematikan tanaman, tetapi penyakit menyebabkan daun
pisang lebih cepat mongering, sehingga jumlah daun berkurang dari jumlah yang
diinginkan. Tanaman pisang memerlukan banyak daun untuk pengisian buah dan
pembentukan anakan. Jika jumlah daun berkurang maka pembentukan buah akan
terhambat dan buah-buah mempunyai kualitas yang kurang baik. Penyakit daoat
menyebabkan buah masak sebelum waktunya.
Penyakit
ini disebabkan oleh jamur Mycosphaerella musicola yang biasa dikenal juga
dengan sebutan Cercospora musae. Jamur lebih sering membentuk konidium di atas
permukaan daun. Konidiofor membentuk berkas yang rapat, cokelat pucat, lurus
atau agak bengkok, jarang bercabang, tidak bersekat, tidak mempunyai bengkokan
seperti lutut, menyipit ke ujung, tidak memiliki berkas konidium. Konidium
cokelat pucat, berbentuk tabung bengkok, ujungnya tumpul atau membulat, hilum
pangkalnya tidak menebal.
Pada
daur penyakit bercak daun cercospora dipencarkan oleh konidium dan askospora.
Infeksi oleh konidium menyebabkan bercak-bercak yang lebih terdapat pada
pangkal daun, dan sering teratur pada garis lurus. Askospora yang menyebabkan
bercak tersebar atau berbentuk coreng dan lebih terdapat pada ujung dan tepi
daun. Askospora dan konidium keduanya disebarkan oleh percikan dan lelehan air,
angin kurang berperan. Infeksi oleh pembuluh kecambah terjadi melalui mulut
kulit sisi bawah daun. Infeksi biasanya terjadi pada daun pupus yang masih
menggulung atau daun pertama yang telah membuka.
Factor
yang mempengaruhi penyakit adalah faktor cuaca, penyakit kurang terdapat pada
tanaman pisang yang tumbuh di tempat yang teduh, tetapi keadaan teduh ini
mengurangi hasil buah. Pembentukan, pelepasan, dan perkecambahan kedua spora
tergantung pada adanya air bebas dan suhu. Penyakit lebih sering di tanah masam
yang kurang subur. Hampir semua varietas pisang rentan terhadap bercak daun
cercospora tetapi yang sangat rentan adalh jenis pisang ambon dan nangka.
Pengelolaan
untuk penyakit bercak daun cercospora ini adalah:
1. Tidak
mengusahakan pisang secara komersial dilahan yang kesuburan tanahnya kurang.
Kesuburan tanah harus dipertahankan dengan pemupukan yang tepat.
2. Daun-daun
yang mati disekelil;ing pohon harus dipotong dan dibakar untuk mengurangi
sumber infeksi.
3. Tanaman
juga dapat disemprot dengan mankozep atau propineb jika perlu.
b.
Kerdil
Pisang
Kerdil
pisang pada awalnya pertama ditemukan di sekitar daerah Cimahi dan Padalarang.
Gejala yang terlihat pada penyakit kerdil pisang ini adalah tanaman terlihat
lebih pendek dibandingkan dengan tanaman pisang yang normal. Daun menguning dan
tidak melebar. Terlihat bercak dipermukaan daun. Secara jelas gejala pada
penyakit kerdil pisang ini adalah jika pangkal daun nomor 2 dan 3 dari tanaman
yang dicurigai dilihat permukaan bawahnya dengan cahaya menembus, tampak adanya
garis-garis hijau tua sempit yang terputus-putus dalam garis pendek dan titik,
terdapat diantara dan sejajar dengan tulang-tulang daun sekunder. Garis ini
masuk ke tulang induk daun sebagai ”kait-kait” hijau tua pada daerah cerah
dikedua sisi tulang induk. Pada punggung tangkai daun sering terdapat
garis-garis hijau tua. Kadang-kadang tulang daun menjadi jernih sebagai gejala
pertama terjadinya infeksi. Pada cuaca yang sejuk tulang daun yang menjadi
jernih tadi tampak lebih jelas.
Daun-daun
yang lebih muda tampak lebih tegak, lebih pendek, lebih sempit, dengan tangkai
yang lebih pendek daripada biasanya, dan menguning sepanjang tepinya. Nanti
daun yang bersangkutan dapat mongering sepanjang tepinya, daun-daun rapuh.
Tanaman terhambat pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset pada ujung
batang palsu. Terkadang gejala yang terlihat hanyalah pada tanaman yang
terinfeksi ada satu daun kuning yanga tidak membuka. Gejala ini mudah
dikacaukan dengan kelaparan nitrogen, tetapi penyakit kerdil pisang letaknya
lebih tersebar dalam kebun.
Penyakit
kerdil pisang ini disebabkan oleh virus kerdil pisang atau yang terkenal dengan
Bunchy Top Virus yang disebut juga sebagai Musa virus. Daur penyakit kerdil
pisang dipancarkan oleh bahan tanaman dan oleh kutu daun (Pentalonia
nigronervosa). Penyakit ini tidak dapat menular dengan parang atau dengan
cairan tanaman sakit. Tanaman inang lain adalah pisang liar. Anakan sering
tidak menunjukan gejala pada saat ditanam dan kelak gejala berkembang padanya.
Peristiwa ini disebut infeksi laten atau berkedok. Tunas-tunas ini dapt
terinfeksi sejak awal setelah muncul oleh kutu daun yang sangat menyenangi daun
yang sangat muda. Agar dapat infektif
dan menularkan virus kutu daun (Pentalonia nigronervosa) harus mengisap
pada tanaman sakit selama kurang lebih 17 jam. Masa inkubasi didalam serangga bervariasi
dari 1,5 jam sampai 48 jam. Dan serangga tetap infektif selama 13 hari. Kutu
daun sering membentuk koloni di pusat tajuk, karena disini mereka mndapatkan tempat
yang baik makan dan cukup terlindung.
Virus
kerdil pisang memperpendek umur kutu daun. Kutu daun tersebar karena dapat
terbang, terbawa oleh para pekerja, atau karena tertiup angin. Setelah
diinokulasikan oleh kutu daun, dari titik ini virus mengalir bersama-sama
dengan arus cairan tanaman turun kebatang kemudian keanakan-anakan.
Perkembangan
penyakit dibantu oleh hujan, suhu tinggi, kesuburan tanah, dan keadaan ynag
terlindung. Keadaan tersebut adalah keadaan yang membantu pertumbuhan tanaman
pisang. Pengelolaan dalam penyakit kerdil pisang ini dapat dilakukan dengan cara:
1.
Jangan membawa tanaman pisang atau
Heliconia keluar dari daerah yang terjangkit kerdil pisang.
2.
Penanaman diamati dan diperhatikan
gejala-gejala awal pada daun. Tanaman yang sakit dibongkar bersih dan dicincang
menjadi potongan-potongan kecil agar tidak ada tunas atau bagian yang dapt
hidup terus.
3.
Hanya mengambil bibit dari tanaman yang
sehat.
4.
Dianjurkan juga dengan menyemprot
insektisida untuk membasmi kutu daun (Pentalonia nigronervosa).
c. Layu Bakteri
Penyakit
layu bakteri ini dikenal karena membuat produksi hasil tanaman pisang menurun
sehingga pendapatan petani penanam singkong menurun. Gejala yang terlihat pada
buah yang terkena penyakit jika hanya dilihat dari kulit luarnya tidak terlihat
seperti buah yang terkena penyakit. Jika buah pisang yang berpenyakit ini
dipotong, maka akan keluar lendir dari dalam buah seperti warna darah (penyakit
ini juga disebut sebagai penyakit darah), tempat keluarnya lender tersebut
seperti beintik-bintik atau bercak dalam buahnya. Biasanya pohon yang terkena
penyakit ini akan tumbang sebelum buahnya matang di pohon.
Secara
jelas, biasanya gejala pada tajuk (mahkota) baru tampak setelah timbulnya tanda
buah. Awalnya satu daun muda biasanya yang
nomor 3 atau 4 dari yang termuda) berubah warna tanoa menunjukan
perubahan-perubahan lain. Dari ibu tulang daun keluarlah garis-garis cokelat
kekuningan ke tepi daun. Keadaan seperti ini dapat berlangsung lama sampai buah
tampak hamper menyelesaikan proses pemasakannya. Tetapi dengan cepat keadaan
berubah menjadi kritis. Dalam waktu satu minggu semua daun dapat menguning dan
dalam jangka beberapa hari daun-daun tadi
menjadi cokelat. Pada buah gejala juga tampak lambat, umumnya pada saat
buah akan menyelesaikan proses pemasakannya. Buah seperti dipanggang berwarna
kuning cakelat, melorot, dan busuk. Jika akar tinggal atau batang tanaman sakit
dipotong, keluarlah cairan kental yang berwarna kemerahan dari berkas
pengangkutan.
Pada
buah juga mengalami perubahan yang khas, mula-mula berkas pembuluh berwarna
kuning atau cokelat. Perubahan ini akan meluas ke parenkim dan plasenta buah,
bahkan ke berkas pembuluh kulit buah. Sel-sel yang sakit banyak mengandung
bakteri. Setelah itu seluruh buah akan terserang, menguning dan isinya terlarut
sedikit demi sedikit. Didalam buah (yang biasanya terisi daging), sekarang
terisi lender berwarna merah kecokelatan, ymengandung banyak banyak bakteri.
Pada varietas yang rentan terhadap penyakit atau keadaan sangat tidak
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, gejala luar akan terlihat daun pupus
pertumbuhanya akan sangat lambat atau berhenti. Upih daun atau batang palsu
yang sebelah luar terbelah-belah membujur. Daun lebih capat rusak, layu, dan
mongering.
Banyak
bakteri yang disebutkan sebagai penyebab penyakit layu bakteri. Sebagai contoh
adalah bakteri Bacilus musae dan Pseudomonas solanacearum. Tetapi telah
dibuktikan bahwa kedua bakteri tersebut sangat mirip sehingga sekarang bakteri
Bacilus musae dimasukan kedalam bakteri
Pseudomonas solanacearum. Pseudomonas solanacearum dibagi menjadi tiga ras
utama berdasarkan tanaman inangnay, yang pertama bakteri yang dapat menyerang
terung-terungan dan tanaman-tanaman lain. Kedua, ras yang dapat menyerang
pisang dan Heliconia. Ketiga, ras yang dapat menyerang kentang.
Dalam
daur penyakit layu bakteri ini, bakteri dapat bertahan dalam tanah dengan
mempertahankan virulensinyaselama peling sedikit satu tahun. Diperkirakan di
dalam akar-akar busuk bakteri dapat bertahan lama lagi. Bakteri dapat terbawa
tanah yang hanyut oleh air. Dari dalam tanah, bakteri dapat menginfeksi
akar-akar, akar tinggal pisang, dan batang pisang melalui luka-luka. Penyakit
juga dapat menular melalui parang yang digunakan untuk menebang pohon pisang
yang berpenyakit. Dari batang yang telah ditebang bakteri menular ke
tanaman-tanaman dan tunas-tunas lain dalam rumpun itu. Infeksi melalui parang
juga dapat terjadi pada saat membersihkan batang, memotong bunga jantan, dan
memotong anakan pisang. Penyakit dapat menyebar karena pemakaian tunas dari
rumpun yang sakit sebagai tunas. Penyakit dapat menular dari udara dan
menginfeksi buah. Penularan tersebut dapat dilakukan oleh serangga. Bakteri
yang terbawa ke kepala putik pada saat pembuahan dapat mencapai buah melalui
saluran tangkai putik.
Perkembangan
gejala dipengaruhi oleh umur tanaman pada saat terjadinya infeksi dan keadaan
lingkungan sekitar. Penyakit akan lebih berkembang pada tanaman yang masih muda
dan dibantu oleh suhu yang tinggi. Jika kelembaban tanah tinggi, bakteri akan
tahan lebib lama dalam tanah. Sedangkan kelebihan air akan membantu penyebaran
bakteri secara bersama-sama dengan tanah yang hanyut.
Untuk
mengelola penyakit layu bakteri dipakai cara sebagai berikut:
1. Rumpun
yang sakit dibongkar, dibersihkan dari sisa-sisa akar, dan tanah itu ditanami
tanaman pisang kembali setelah 2 tahun kemudian. Selama 2 tahun tersebut tanah
harus bersih dari gulma yang dapt menjadi tanaman inang.
2. Memakai
biit dari rumpun yang benar-benar sehat.
3. Pemupukan
dan pemeliharaan dilakukan dengan sebaik-baiknya
4. Memelihara
drienase kebun sehingga pada saat hujan, air tidak mengalir di permukaan tanah dan
menyebarkan baketri.
5. Parang
sebaiknya didesinfestasi dengan mencelupkan parang ke dalam larutan formalin
selama 10 menit untuk menghindari penularan.
6. Karantina
4.
Tanaman
Tomat
Tanaman
tomat dapat terserang penyakit busuk lunak. Gejala yang terlihat pada saat
praktikum adalah daun pada tangkai tomat keriting. Kulit buah keriput, lunak,
dan terlihat membusuk, warna buah juga tidak merah segar tetapi agak kuning
pucat. Di dalam buah terlihat biji berwarna hitam.secara jelas, gejala awal
pada daun terjadi bercak-bercak yang berair yang kemudian membesar dan berwarna
coklat. Pada serangan lanjut daun yang terinfeksi, melunak, dan berlendir.
Tanaman
di pesemaian juga dapat diserang bakteri busuk lunak yang dapat menyebabkan
kematian dalam waktu relatif singkat.
Infeksi bakteri lebih banyak dijumpai pada tempat penyimpanan atau pada waktu pengangkutan (pasca panen) dari pada di lapangan.
Bakteri busuk lunak merupakan parasit lemah yang dapat melakukan penetrasi pada inangnya hanya melalui luka misalnya pada bercak yang diinfeksi oleh patogen lainnya, luka karena gigitan serangga, atau luka karena alat pertanian yang digunakan untuk memanen tomat.
Infeksi bakteri lebih banyak dijumpai pada tempat penyimpanan atau pada waktu pengangkutan (pasca panen) dari pada di lapangan.
Bakteri busuk lunak merupakan parasit lemah yang dapat melakukan penetrasi pada inangnya hanya melalui luka misalnya pada bercak yang diinfeksi oleh patogen lainnya, luka karena gigitan serangga, atau luka karena alat pertanian yang digunakan untuk memanen tomat.
Morfologi
dan daur penyakit sel bakteri berbentuk batang, dengan ukuran (1,5 – 2,0) x
(0,6 ¬0,9) mikron, umumnya membentuk rangkaian sel-sel seperti rantai, tidak
mempunyai kapsul, dan tidak berspora. Bakteri bergerak dengan menggunakan
flagela yang terdapat di sekeliling sel bakteri (flagela peritrichous). Bakteri
bersifat Gram negatif. Suhu optimal untuk perkembangan bakteri 27° C. Pada
kondisi suhu rendah dan kelembaban rendah bakteri terhambat pertumbuhannya.
Penyebaran melalui tanah, sisa-sisa tanaman di lapangan dan alat pertanian.
Bakteri busuk lunak mempunyai daerah sebaran yang luas hampir di seluruh dunia. Di Indonesia terdapat di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan.
Penyebaran melalui tanah, sisa-sisa tanaman di lapangan dan alat pertanian.
Bakteri busuk lunak mempunyai daerah sebaran yang luas hampir di seluruh dunia. Di Indonesia terdapat di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan.
Pengelolaan
pada penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pengendalian secara preventif
bisa ditempuh melalui kebersihan lingkungan dan sistem budidaya atau dengan
menjaga kebersihan kebun dari sisa –sisa tanaman yang sakit. Menunggu tanah
melapukkan sisa-sisa tanaman lama di lahan sebelum menanam tanaman selanjutnya
sangat dianjurkan untuk mengatasi hal ini. Menjaga kelembaban tidak terlalu
tinggi dengan cara menanam tanaman tomat dengan jarak tanam yang tidak terlalu
rapat, hasil panen dicuci dengan air yang mengandung klorin atau borax 7,5%,
dan disimpan di gudang yang mempunyai ventilasi cukup. Dapat juga dilakukan
pergiliran tanaman atau dengan dengan menanam tanaman yang tahan serta
non-sayur. Selain itu system drainase lahan pun harus diperbaiki sehingga lahan
cepat mengering dan mengurangi percikan air tanah. Kemudian pemanenan buah
dianjurkan dilakukan saat kondisi kering dan hati-hati untuk menghindari adanya
luka. Jika memungkinkan sebisa mungkin menghindari mencuci buah dengan air
sembarang sebelum disterilisai dengan klorin. Pembuatan pelindung hujan dapat
pula menghindari percikan tanah dan pembasahan daun yang akan mengurangi gejala
busuk lunak. Penyemprotan bacterisida seperti Kocide 77WP dengan interval 10
hari sangat dianjurkan terutama saat penanaman musim hujan.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Hortikultura
terbagi atas empat bagian yaitu Sayur-sayuran, Buah-buahan, tanaman Hias, dan
tanaman obat.
2.
Tanaman hortikultura terdiri dari berbagai
jenis tanaman sayur-sayuran, buah-buahan atau tanaman hias
yang harus dijaga karena tanaman hortikultura sangat penting bagi manusia.
3.
Setiap tanaman yang berpenyakit
memiliki berbagai cara untuk menanganinya, tetapi menjaga kesterilan alat-alat
dan pekerja yang melakukan kontak langsung dengan tanaman dilakukan terhadap
semua jenis tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. www.magma.ca/~pavel/science/Erwinia.htm.
Diakses pada sabtu, 1 Oktober 2011
pukul 20.00.
Semangun, Haryono. 1989. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di
Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sinaga,
Meity Suradji. 2006. Ilmu Penyakit
Tumbuhan. Jakarta: Penebar Swadaya
Sunarjono, Hendro.
2003. Bertanam 30 Jenis Sayur. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Prajananta, Final.
1995. Agribisnis Cabai Hibrida. Jakarta:
Penebar Swadaya.
LAMPIRAN