Sabtu, 21 April 2012

penyakit tanaman Hortikultura








PENGENALAN PENYAKIT TANAMAN HORTIKULTURA
(Laporan Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman )








Oleh

Nita Oktami
1014023084









LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011






I.     PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang

Hortikultura adalah kebun yang bercocok tanam berbagai jenis tanaman sayur-sayuran, buah – buahan atau tanaman hias. Tanaman Hortikurtura memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai Sumber bahan makanan, Hiasan/keindahan, dan juga Pekerjaan. Hortikultura terbagi atas empat bagian yaitu Sayur-sayuran, Buah-buahan, tanaman Hias, dan tanaman obat. Ilmu hortikultura berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan lainnya, seperti teknik budidaya tanaman, mekanisasi, tanah dan pemupukan, ilmu cuaca, dan sebagainya.
Tanaman hortikultura sangat penting untuk dibudidayakan dan dipelihara, mengingat fungsi tanaman hortikultura sebagai sumber bahan makanan manusia. Dilain sisi, tanaman hortikultura mendapat serangan penyakit dari berbagai patogen, baik virus maupun bakteri. Jika keadaan ini dibiarkan tanpa ada pengelolaan, maka hasil tanaman hortikultura akan semakin turun. Karena itu perlu adanya penangana dan pemeliharaan tanaman hortikultura.


B.  Tujuan Praktikum
Ada beberapa tujuan dalam praktikum ini yaitu:
1.    Mengetahui tanaman-tanaman hortikultura.
2.    Mengetahui pentingnya tanaman hortikultura.
3.    Mengetahui pengelolaan penyakit pada tanaman hortikultura.

























II.  TINJAUAN PUSTAKA


Cabai adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, bergantung dari penggunaannya. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat rasa makanan. Bagi seni masakan Padang, cabai bahkan dianggap sebagai "bahan makanan pokok" kesepuluh (alih-alih sembilan). Sangat sulit bagi masakan Padang dibuat tanpa cabai. Cabai merah Besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang memilki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Cabai mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini adalah pada cabai hijau. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan sebagai zat anti kanker.  Cabai (Capsicum annum L) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi dan memiliki beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker. Selain itu kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan harian setiap orang, namun harus di konsumsi secukupnya untuk menghindari nyeri lambung (Prajananta, 1995).

Apokat memiliki banyak manfaat. Bijinya digunakan dalam industri pakaian sebagai pewarna yang tidak mudah luntur. Batang pohonnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Kulit pohonnya digunakan sebagai pewarna warna coklat pada produk dari bahan kulit. Daging buahnya dapat dijadikan hidangan serta menjadi bahan dasar untuk beberapa produk kosmetik dan kecantikan. Alpukat atau avokad memiliki kandungan nutrisi yang sangat tinggi. Alpukat atau avokad setidaknya mengandung 11 vitamin dan 14 mineral yang bermanfaat. Alpukat kaya akan protein, riboflavin (atau dikenal sebagai vitamin B2), niasin (atau dikenal sebagai vitamin B3), potasium (atau lebih dikenal sebagai kalium), dan vitamin C. Selain itu alpukat mengandung lemak yang cukup tinggi. Namun jangan takut karena lemak pada alpukat mirip dengan lemak pada minyak zaitun yang sangat sehat. Lemak yang dikandung dalam alpukat adalah lemak tak jenuh yang berdampak positif dalam tubuh. Lemak pada alpukat juga digunakan dalam pembuatan sabun dan kosmetik (Sinaga, 2006).

Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa acuminata, M. balbisiana, dan M. ×paradisiaca) menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan sama. Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari, yang disebut sisir. Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang, meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, hijau, ungu, atau bahkan hampir hitam. Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat) dan mineral, terutama kalium. Pisang mempunyai kandungan gizi sangat baik, antara lain menyediakan energi cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain. Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Pisang juga mengandung vitamin, yaitu C, B kompleks, B6, dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak.
Kandungan energi pisang merupakan energi instan, yang mudah tersedia dalam waktu singkat, sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat pisang merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang dan tersedia secara bertahap, sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat. Karbohidrat pisang merupakan cadangan energi yang sangat baik digunakan dan dapat secara cepat tersedia bagi tubuh. Gula pisang merupakan gula buah, yaitu terdiri dari fruktosa yang mempunyai indek glikemik lebih rendah dibandingkan dengan glukosa, sehingga cukup baik sebagai penyimpan energi karena sedikit lebih lambat dimetabolisme. Sehabis bekerja keras atau berpikir, selalu timbul rasa kantuk. Keadaan ini merupakan tanda-tanda otak kekurangan energi, sehingga aktivitas secara biologis juga menurun (Sunarjono, 2003).

Tomat adalah tanaman yang paling mudah dijumpai. Warnanya yang cerah sungguh menarik. Selain kaya vitamin C dan A, tomat konon dapat mengobati bermacam penyakit. Kalau dirunut sejarahnya, tomat atau Lyopercisum esculentum pada mulanya ditemukan di sekitar Peru, Ekuador dan Bolivia. Tomat juga banyak digunakan untuk masakan, seperti sup, jus, pasta, dllnya. Rasanya yang sedikit asam bahkan membuat selera makan meningkat. Lebih jauh menurut penelitian DR. John Cook Bennet dari Wiloughby University, Ohio, sebagai orang pertama yang meneliti manfaat tomat, pada November 1834, menunjukkan bahwa tomat dapat mengobati diare, serangan empedu,gangguan pencernaan dan memulihkan fungsi lever. Peneliti lain dari Rowett Research Institute di Aberdeen, Skotlandia, juga berhasil menemukan manfaat tomat lainnya. Menurutnya, gel berwarna kuning yang menyelubungi biji tomat dapat mencegah penggumpalan dan pembekuan darah yang dapat menyebabkan penyakit jantung dan stroke (Anonim, 2010).














III.   HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Pengamatan
Nama Penyakit
Gambar
Antraknosa
Tanaman Cabai
Colletotrichum capsici
Virus Mosaik
Tanaman Cabai
Cucumber mosaic virus (CMV)
Bercak Daun Cercospora
Tanaman Alpukat
Cercospora purpurea
Bercak Daun Cercospora
Tanaman Pisang
Mycosphaerella musicola
Kerdil Pisang
TanamanPisang
Bunchy top Virus
Layu Bakteri
Tanaman Pisang
Pseudomonas solanacearum
Busuk Lunak
Tanaman Tomat
Erwinia carotovora



B.  Pembahasan
Ada beberapa penyakit yang menyerang pada tanaman hortikultura. Tanaman hortikultura yang kami amati adalah tanaman cabai, alpukat, pisang, dan tomat.

1.    Tanaman Cabai
Antraknosa dan virus mosaik adalah contoh penyakit yang menyerang tanaman cabai, penyakit yang disebabkan oleh jamur dan virus ini memiliki gejala-gejala pada tanaman yang diserangnya.
a.    Antraknosa
Antraknos pada cabai besar menyebar di semua daerah penanaman cabai, gejala yang ditimbulkan dalam pengamatan saat praktikum adalah pada buah cabai terlihat membusuk. Dibagian tengah hingga ujung cabai terlihat membusuk dan berwarna merah kehitaman. Warna cabai tidak merah segar seperti cabai normal. Secara rinci cabai yang terkena penyakit antraknosa adalah mula-mula Colletotrichum capsici membentuk bercak cokelat kehitaman, kemudian meluas menjadi busuk lunak. Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri atas kelompok seta (tonjolan seperti rambutyang kaku pada spora)  dan konodium jamur. Serangan yang berat dapat menyebabkan seluruh buah mengerut(keriput) dan mengering. Buah yang seharusnya berwarna merah manjadi berwarna jerami. Jamur membentuk bercak kecil yang tidak meluas jika cuaca kering. Tetapi setelah buah dipetik, karena kelembapan udara yang tinggi selama disimpen dan diangkut, jamur akan berkembang dengan cepat. Colletotrichum capsici juga dapat menyerang ranting-ranting muda dan menyebabkan mati ujung.
Penyebab penyakit antraknosa adalah Colletotrichum capsici yang awalnya disebut Colletotrichum nigrum. Jamur ini memiliki aservulus, tersebar, di bawah kutikula atau pada permukaan, garis tengahnya 100 mikro meter, hitam engan benyak seta. Seta cokelat tua, bersekat, kaku, meruncing ke atas. Konidium hialin, berbentuk tabung silindris, ujung-ujungnya tumpul, atau bengkok seperti sabit. Jamur membentuk banyak klerotium dalam jaringan tanaman sakit atau dalam medium biakan.
Daur penyakit ini awalnya jamur pada buah masuk ke dalam ruang biji kemudian menginfeksi biji. Nantinya jamur akan menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah sakit. Jamur menyerang daun dan betang, nantinya dapat menginfeksi buah-buah. Tanaman yang sedang tumbuh jarang diserang oleh jamur, tetapi memakaitanaman ini untuk bertahan sampai terbentuk buah hijau. Jamur juga dapat mempertahankan diri dalam sisa-sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyakit pada cabai ini. Penyakit kurang terdapat pada musim kemarau, di lahan yang mempunyai drainasi baik, dan gulmanya terkendali dengan baik. Intensitas penyakit antraknos akan rendah jika cabai ditanam dengan tumpang sari denagn tomat dan jagung, tetapi akan meningkatkan bercak daun. Buah cabai yang muda cenderung lebih rentan dibandingkan dengan buah yang setengah masak, tetapi perkembangan bercak karena jamur Colletotrichum capsici lebih cepat terjadi pada buah yang lebih tua walaupun buah muda lebih cepat gugur karena infeksi.
Pengelolaan untuk penyakit yang disebabkan oleh Colletotrichum capsici ini dapat dilakukan dengan cara: pertama, tidak menanam biji yang telah terinfeksi. Jangan mengambil biji pada buah-buah yang terinfeksi. Fungisida juga dapat mematikan jamur tanpa mempengaruhi perkecambahan benih. Kedua, jika diperlukan penyakit dapat dikelola dengan penyemprotan fungisida. Benomil, kaptafol, klorotalonil adalah beberapa funisida yang dapat digunakan untuk keperluan ini. Ketiga, ekstrak daun nimbi dapat menghambat pertumbuhan koloni dan pembentukan konidium jamur Colletotrichum capsici di laboratorium.

b.   Virus Mosaik
Pada tanaman cabai sering didapatkan gejala mosaik yang dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar. Gejala mosaik ini dapat disebabkan oleh berbagaii virus, salah satunya Cucumber mosaic virus (CMV). Cucumber mosaic virus (CMV dapat mengadakan infeksi tanpa menimbulkan gejala-gejala yang jelas, namun infeksi ini dapat mengurangi produksi. Gejala yang timbulkan pada tanaman cabai yang terkena penyakit ketika diamati daunnyaa keriting, warna daun menguning, dan sedikit ada bercak-bercak putih ( klorosis). Secara terinci gejala pada saat infeksi Cucumber mosaic virus (CMV) pada cabai aawalnya tanaman tampak sebagai menguningnya tulang-tulang daun, atau terjadinyaa jalur kuning sepanjang tulang daun. Daun menjadi belng hijau muda dan hijau tua. Daun lebih kecil dan sempit daripada biasa. Jika tanaman terinfeksi pada saat masih muda, makan akan terhambat buahnya dan menjadi kerdil. Tanaman yang sakit sering menghasilkan buah yang tampak berjerawat dan kecil-kecil.
Cucumber mosaic virus (CMV) dapat ditularkan hanya dengan gosokan maupun kutu daun. Pekerja yang menangani semai-semai dapat menularkan virus kebanyak tanaman. Virus juga mungkin terdapat  didalam banyak tumbuhan, termasuk gulma, disekeliling pertanaman cabai. Ketahanan tanaman cabai tergantung pada umur tanaman tersebut. Sampai sekarang belum ada varietas yang tahan terhadap Cucumber mosaic virus (CMV).
Pengelolaan untuk mengurangi Cucumber mosaic virus (CMV) yaitu pertama, mengendalikan gulma yang termasuk dalam suku terung-terungan (Solanaceae). Kedua, menangani semai-semai dengan hati-hati, sebelumnya tangan dicuci dengan sabun atau deterjen. Ketiga, tanaman yang bergejala segera dicabut. Keempat, mengurangi populasi kutu daun khususnya Myzus persicae yang bertindak sebagai vector virus.

2.    Tanaman Alpokat
Salah satu penyakit yang menyerang tanaman alpukat adalah bercak daun cercospora. Bercak daun cercospora yang disebut juga bercak cokelat tersebar luas di daerah persebaran cokelat. Penyakit dapat timbul pada daun, namun kerugian yang cukup besar terjadi pada buah.
Gejala yang ditimbulkan penyakit pada daun setelah diamati adalah ada bercak-bercak cokelat di permukaan daun. Secara lebih rinci dilihat dari literatur buku gejalanya adalah bercak pada daun kecil-kecil, bersudut-sudut, tetap terpisah-pisah atau bersatu sampai mencapai garis tengah. Bercaki berwarna cokelat muda dengan tepi berwarna lebih tua.  Pada buah terjadi bercak-bercak cokelat, agak mengendap, dengan batas tengah tetapi tidak teratur. Ketika cuaca lembab terbentuk bintik-bintik kelabu yang terdiri dari berkas konidiofor dengan konidium. Kelak pada bercak tadi terjadi celah-celah yang dapat menjadi jalan masuk bagi jasad-jasad lain yang membusukan buah.
Penyakit bercak daun cercospora ini adalah jamur Cercospora purpurae yang lebih dikenal dengan naman Pseudocercospora purpurae. Jamur memiliki stroma berwarna gelap. Cercospora purpurae bertaahn pada daun dan buah yang sakit, yang akan membentuk konidium jika cuaca lembab. Konidium disebarkan oleh angin dan percikan air. Penyakit lebih banyak terdapat di dataran rendah. Pengelolaan untuk mengatasi penyakit ini dilakukan dengan cara member fungisida jika diperlukan penyakit.

3.    Tanaman Pisang
Pada tanaman pisang ada beberapa jenis penyakit yang menyerangnya, contohnya bercak daun cercospora, kerdil pisang, dan layu bakteri.
a.    Bercak Daun Cercospora
Penyakit bercak daun cercospora yang dikenal juga dengan naman penyakit Sigatoka ditemukan pertama kali di Jawa. Gejala yang terlihat saat pengamatan di praktikum adalah ada bercak cokelat di permukaan daun, daun tidak berwarna hijau segar melainkan berwarna hijau kekuning-kuningan. Secara jelas gejala yang ditimbulkan adalah pertama tampak jelas pada daun ke-3 dan daun ke-4 dari puncak sebagai bintik-bintik memanjang, berwarna kuning pucat atau hijau kecokelatan, arahnya sejajar dengan tulang daun. Sebagian dari bercak tersebut menjadi bercak, berwarna cokelat tua sampai hitam, jorong atau bulat panjang. Pada daun yang lebih tua pusat bercak daun mengering, berwarna kelabu muda dengan tepi berwarna cokelat gelap, yang dikelilingi oleh halo berwarna kuning cerah. Pada pusat bercak yang berwarna kelabu sering terdapat titik-titik hitam yang terdiri atas sporodokium jamur yang menghasilkan banyak konidium.
Pada umunya penyakit tidak mematikan tanaman, tetapi penyakit menyebabkan daun pisang lebih cepat mongering, sehingga jumlah daun berkurang dari jumlah yang diinginkan. Tanaman pisang memerlukan banyak daun untuk pengisian buah dan pembentukan anakan. Jika jumlah daun berkurang maka pembentukan buah akan terhambat dan buah-buah mempunyai kualitas yang kurang baik. Penyakit daoat menyebabkan buah masak sebelum waktunya.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Mycosphaerella musicola yang biasa dikenal juga dengan sebutan Cercospora musae. Jamur lebih sering membentuk konidium di atas permukaan daun. Konidiofor membentuk berkas yang rapat, cokelat pucat, lurus atau agak bengkok, jarang bercabang, tidak bersekat, tidak mempunyai bengkokan seperti lutut, menyipit ke ujung, tidak memiliki berkas konidium. Konidium cokelat pucat, berbentuk tabung bengkok, ujungnya tumpul atau membulat, hilum pangkalnya tidak menebal.
Pada daur penyakit bercak daun cercospora dipencarkan oleh konidium dan askospora. Infeksi oleh konidium menyebabkan bercak-bercak yang lebih terdapat pada pangkal daun, dan sering teratur pada garis lurus. Askospora yang menyebabkan bercak tersebar atau berbentuk coreng dan lebih terdapat pada ujung dan tepi daun. Askospora dan konidium keduanya disebarkan oleh percikan dan lelehan air, angin kurang berperan. Infeksi oleh pembuluh kecambah terjadi melalui mulut kulit sisi bawah daun. Infeksi biasanya terjadi pada daun pupus yang masih menggulung atau daun pertama yang telah membuka.
Factor yang mempengaruhi penyakit adalah faktor cuaca, penyakit kurang terdapat pada tanaman pisang yang tumbuh di tempat yang teduh, tetapi keadaan teduh ini mengurangi hasil buah. Pembentukan, pelepasan, dan perkecambahan kedua spora tergantung pada adanya air bebas dan suhu. Penyakit lebih sering di tanah masam yang kurang subur. Hampir semua varietas pisang rentan terhadap bercak daun cercospora tetapi yang sangat rentan adalh jenis pisang ambon dan nangka.
Pengelolaan untuk penyakit bercak daun cercospora ini adalah:
1.    Tidak mengusahakan pisang secara komersial dilahan yang kesuburan tanahnya kurang. Kesuburan tanah harus dipertahankan dengan pemupukan yang tepat.
2.    Daun-daun yang mati disekelil;ing pohon harus dipotong dan dibakar untuk mengurangi sumber infeksi.
3.    Tanaman juga dapat disemprot dengan mankozep atau propineb jika perlu.

b.   Kerdil Pisang
Kerdil pisang pada awalnya pertama ditemukan di sekitar daerah Cimahi dan Padalarang. Gejala yang terlihat pada penyakit kerdil pisang ini adalah tanaman terlihat lebih pendek dibandingkan dengan tanaman pisang yang normal. Daun menguning dan tidak melebar. Terlihat bercak dipermukaan daun. Secara jelas gejala pada penyakit kerdil pisang ini adalah jika pangkal daun nomor 2 dan 3 dari tanaman yang dicurigai dilihat permukaan bawahnya dengan cahaya menembus, tampak adanya garis-garis hijau tua sempit yang terputus-putus dalam garis pendek dan titik, terdapat diantara dan sejajar dengan tulang-tulang daun sekunder. Garis ini masuk ke tulang induk daun sebagai ”kait-kait” hijau tua pada daerah cerah dikedua sisi tulang induk. Pada punggung tangkai daun sering terdapat garis-garis hijau tua. Kadang-kadang tulang daun menjadi jernih sebagai gejala pertama terjadinya infeksi. Pada cuaca yang sejuk tulang daun yang menjadi jernih tadi tampak lebih jelas.
Daun-daun yang lebih muda tampak lebih tegak, lebih pendek, lebih sempit, dengan tangkai yang lebih pendek daripada biasanya, dan menguning sepanjang tepinya. Nanti daun yang bersangkutan dapat mongering sepanjang tepinya, daun-daun rapuh. Tanaman terhambat pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset pada ujung batang palsu. Terkadang gejala yang terlihat hanyalah pada tanaman yang terinfeksi ada satu daun kuning yanga tidak membuka. Gejala ini mudah dikacaukan dengan kelaparan nitrogen, tetapi penyakit kerdil pisang letaknya lebih tersebar dalam kebun.
Penyakit kerdil pisang ini disebabkan oleh virus kerdil pisang atau yang terkenal dengan Bunchy Top Virus yang disebut juga sebagai Musa virus. Daur penyakit kerdil pisang dipancarkan oleh bahan tanaman dan oleh kutu daun (Pentalonia nigronervosa). Penyakit ini tidak dapat menular dengan parang atau dengan cairan tanaman sakit. Tanaman inang lain adalah pisang liar. Anakan sering tidak menunjukan gejala pada saat ditanam dan kelak gejala berkembang padanya. Peristiwa ini disebut infeksi laten atau berkedok. Tunas-tunas ini dapt terinfeksi sejak awal setelah muncul oleh kutu daun yang sangat menyenangi daun yang sangat muda. Agar dapat infektif  dan menularkan virus kutu daun (Pentalonia nigronervosa) harus mengisap pada tanaman sakit selama kurang lebih 17 jam. Masa inkubasi didalam serangga bervariasi dari 1,5 jam sampai 48 jam. Dan serangga tetap infektif selama 13 hari. Kutu daun sering membentuk koloni di pusat tajuk, karena disini mereka mndapatkan tempat yang baik makan dan cukup terlindung.
Virus kerdil pisang memperpendek umur kutu daun. Kutu daun tersebar karena dapat terbang, terbawa oleh para pekerja, atau karena tertiup angin. Setelah diinokulasikan oleh kutu daun, dari titik ini virus mengalir bersama-sama dengan arus cairan tanaman turun kebatang kemudian keanakan-anakan.
Perkembangan penyakit dibantu oleh hujan, suhu tinggi, kesuburan tanah, dan keadaan ynag terlindung. Keadaan tersebut adalah keadaan yang membantu pertumbuhan tanaman pisang. Pengelolaan dalam penyakit kerdil pisang ini dapat dilakukan dengan cara:
1.    Jangan membawa tanaman pisang atau Heliconia keluar dari daerah yang terjangkit kerdil pisang.
2.    Penanaman diamati dan diperhatikan gejala-gejala awal pada daun. Tanaman yang sakit dibongkar bersih dan dicincang menjadi potongan-potongan kecil agar tidak ada tunas atau bagian yang dapt hidup terus.
3.    Hanya mengambil bibit dari tanaman yang sehat.
4.    Dianjurkan juga dengan menyemprot insektisida untuk membasmi kutu daun (Pentalonia nigronervosa).

c.    Layu Bakteri
Penyakit layu bakteri ini dikenal karena membuat produksi hasil tanaman pisang menurun sehingga pendapatan petani penanam singkong menurun. Gejala yang terlihat pada buah yang terkena penyakit jika hanya dilihat dari kulit luarnya tidak terlihat seperti buah yang terkena penyakit. Jika buah pisang yang berpenyakit ini dipotong, maka akan keluar lendir dari dalam buah seperti warna darah (penyakit ini juga disebut sebagai penyakit darah), tempat keluarnya lender tersebut seperti beintik-bintik atau bercak dalam buahnya. Biasanya pohon yang terkena penyakit ini akan tumbang sebelum buahnya matang di pohon.
Secara jelas, biasanya gejala pada tajuk (mahkota) baru tampak setelah timbulnya tanda buah. Awalnya satu daun muda biasanya yang  nomor 3 atau 4 dari yang termuda) berubah warna tanoa menunjukan perubahan-perubahan lain. Dari ibu tulang daun keluarlah garis-garis cokelat kekuningan ke tepi daun. Keadaan seperti ini dapat berlangsung lama sampai buah tampak hamper menyelesaikan proses pemasakannya. Tetapi dengan cepat keadaan berubah menjadi kritis. Dalam waktu satu minggu semua daun dapat menguning dan dalam jangka beberapa hari daun-daun tadi  menjadi cokelat. Pada buah gejala juga tampak lambat, umumnya pada saat buah akan menyelesaikan proses pemasakannya. Buah seperti dipanggang berwarna kuning cakelat, melorot, dan busuk. Jika akar tinggal atau batang tanaman sakit dipotong, keluarlah cairan kental yang berwarna kemerahan dari berkas pengangkutan.
Pada buah juga mengalami perubahan yang khas, mula-mula berkas pembuluh berwarna kuning atau cokelat. Perubahan ini akan meluas ke parenkim dan plasenta buah, bahkan ke berkas pembuluh kulit buah. Sel-sel yang sakit banyak mengandung bakteri. Setelah itu seluruh buah akan terserang, menguning dan isinya terlarut sedikit demi sedikit. Didalam buah (yang biasanya terisi daging), sekarang terisi lender berwarna merah kecokelatan, ymengandung banyak banyak bakteri. Pada varietas yang rentan terhadap penyakit atau keadaan sangat tidak menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, gejala luar akan terlihat daun pupus pertumbuhanya akan sangat lambat atau berhenti. Upih daun atau batang palsu yang sebelah luar terbelah-belah membujur. Daun lebih capat rusak, layu, dan mongering.
Banyak bakteri yang disebutkan sebagai penyebab penyakit layu bakteri. Sebagai contoh adalah bakteri Bacilus musae dan Pseudomonas solanacearum. Tetapi telah dibuktikan bahwa kedua bakteri tersebut sangat mirip sehingga sekarang bakteri Bacilus musae  dimasukan kedalam bakteri Pseudomonas solanacearum. Pseudomonas solanacearum dibagi menjadi tiga ras utama berdasarkan tanaman inangnay, yang pertama bakteri yang dapat menyerang terung-terungan dan tanaman-tanaman lain. Kedua, ras yang dapat menyerang pisang dan Heliconia. Ketiga, ras yang dapat menyerang kentang.
Dalam daur penyakit layu bakteri ini, bakteri dapat bertahan dalam tanah dengan mempertahankan virulensinyaselama peling sedikit satu tahun. Diperkirakan di dalam akar-akar busuk bakteri dapat bertahan lama lagi. Bakteri dapat terbawa tanah yang hanyut oleh air. Dari dalam tanah, bakteri dapat menginfeksi akar-akar, akar tinggal pisang, dan batang pisang melalui luka-luka. Penyakit juga dapat menular melalui parang yang digunakan untuk menebang pohon pisang yang berpenyakit. Dari batang yang telah ditebang bakteri menular ke tanaman-tanaman dan tunas-tunas lain dalam rumpun itu. Infeksi melalui parang juga dapat terjadi pada saat membersihkan batang, memotong bunga jantan, dan memotong anakan pisang. Penyakit dapat menyebar karena pemakaian tunas dari rumpun yang sakit sebagai tunas. Penyakit dapat menular dari udara dan menginfeksi buah. Penularan tersebut dapat dilakukan oleh serangga. Bakteri yang terbawa ke kepala putik pada saat pembuahan dapat mencapai buah melalui saluran tangkai putik.
Perkembangan gejala dipengaruhi oleh umur tanaman pada saat terjadinya infeksi dan keadaan lingkungan sekitar. Penyakit akan lebih berkembang pada tanaman yang masih muda dan dibantu oleh suhu yang tinggi. Jika kelembaban tanah tinggi, bakteri akan tahan lebib lama dalam tanah. Sedangkan kelebihan air akan membantu penyebaran bakteri secara bersama-sama dengan tanah yang hanyut.
Untuk mengelola penyakit layu bakteri dipakai cara sebagai berikut:
1.    Rumpun yang sakit dibongkar, dibersihkan dari sisa-sisa akar, dan tanah itu ditanami tanaman pisang kembali setelah 2 tahun kemudian. Selama 2 tahun tersebut tanah harus bersih dari gulma yang dapt menjadi tanaman inang.
2.    Memakai biit dari rumpun yang benar-benar sehat.
3.    Pemupukan dan pemeliharaan dilakukan dengan sebaik-baiknya
4.    Memelihara drienase kebun sehingga pada saat hujan, air tidak mengalir di permukaan tanah dan menyebarkan baketri.
5.    Parang sebaiknya didesinfestasi dengan mencelupkan parang ke dalam larutan formalin selama 10 menit untuk menghindari penularan.
6.    Karantina
4.    Tanaman Tomat
Tanaman tomat dapat terserang penyakit busuk lunak. Gejala yang terlihat pada saat praktikum adalah daun pada tangkai tomat keriting. Kulit buah keriput, lunak, dan terlihat membusuk, warna buah juga tidak merah segar tetapi agak kuning pucat. Di dalam buah terlihat biji berwarna hitam.secara jelas, gejala awal pada daun terjadi bercak-bercak yang berair yang kemudian membesar dan berwarna coklat. Pada serangan lanjut daun yang terinfeksi, melunak, dan berlendir.
Tanaman di pesemaian juga dapat diserang bakteri busuk lunak yang dapat menyebabkan kematian dalam waktu relatif singkat.
Infeksi bakteri lebih banyak dijumpai pada tempat penyimpanan atau pada waktu pengangkutan (pasca panen) dari pada di lapangan.
Bakteri busuk lunak merupakan parasit lemah yang dapat melakukan penetrasi pada inangnya hanya melalui luka misalnya pada bercak yang diinfeksi oleh patogen lainnya, luka karena gigitan serangga, atau luka karena alat pertanian yang digunakan untuk memanen tomat.
Morfologi dan daur penyakit sel bakteri berbentuk batang, dengan ukuran (1,5 – 2,0) x (0,6 ¬0,9) mikron, umumnya membentuk rangkaian sel-sel seperti rantai, tidak mempunyai kapsul, dan tidak berspora. Bakteri bergerak dengan menggunakan flagela yang terdapat di sekeliling sel bakteri (flagela peritrichous). Bakteri bersifat Gram negatif. Suhu optimal untuk perkembangan bakteri 27° C. Pada kondisi suhu rendah dan kelembaban rendah bakteri terhambat pertumbuhannya.
Penyebaran melalui tanah, sisa-sisa tanaman di lapangan dan alat pertanian.
Bakteri busuk lunak mempunyai daerah sebaran yang luas hampir di seluruh dunia. Di Indonesia terdapat di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan.
Pengelolaan pada penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pengendalian secara preventif bisa ditempuh melalui kebersihan lingkungan dan sistem budidaya atau dengan menjaga kebersihan kebun dari sisa –sisa tanaman yang sakit. Menunggu tanah melapukkan sisa-sisa tanaman lama di lahan sebelum menanam tanaman selanjutnya sangat dianjurkan untuk mengatasi hal ini. Menjaga kelembaban tidak terlalu tinggi dengan cara menanam tanaman tomat dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat, hasil panen dicuci dengan air yang mengandung klorin atau borax 7,5%, dan disimpan di gudang yang mempunyai ventilasi cukup. Dapat juga dilakukan pergiliran tanaman atau dengan dengan menanam tanaman yang tahan serta non-sayur. Selain itu system drainase lahan pun harus diperbaiki sehingga lahan cepat mengering dan mengurangi percikan air tanah. Kemudian pemanenan buah dianjurkan dilakukan saat kondisi kering dan hati-hati untuk menghindari adanya luka. Jika memungkinkan sebisa mungkin menghindari mencuci buah dengan air sembarang sebelum disterilisai dengan klorin. Pembuatan pelindung hujan dapat pula menghindari percikan tanah dan pembasahan daun yang akan mengurangi gejala busuk lunak. Penyemprotan bacterisida seperti Kocide 77WP dengan interval 10 hari sangat dianjurkan terutama saat penanaman musim hujan.
















IV.   KESIMPULAN


Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.    Hortikultura terbagi atas empat bagian yaitu Sayur-sayuran, Buah-buahan, tanaman Hias, dan tanaman obat.
2.    Tanaman hortikultura terdiri dari berbagai jenis tanaman sayur-sayuran, buah-buahan atau tanaman hias yang harus dijaga karena tanaman hortikultura sangat penting bagi manusia.
3.    Setiap tanaman yang berpenyakit memiliki berbagai cara untuk menanganinya, tetapi menjaga kesterilan alat-alat dan pekerja yang melakukan kontak langsung dengan tanaman dilakukan terhadap semua jenis tanaman.







DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010.  www.magma.ca/~pavel/science/Erwinia.htm. Diakses pada sabtu, 1 Oktober 2011 pukul 20.00.
Semangun, Haryono. 1989. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sinaga, Meity Suradji. 2006. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Jakarta: Penebar Swadaya
Sunarjono, Hendro. 2003. Bertanam 30 Jenis Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Prajananta, Final. 1995. Agribisnis Cabai Hibrida. Jakarta: Penebar Swadaya.










LAMPIRAN

1 komentar:

  1. How much does a gambler make and what is
    The gambler's 벳 페어 tips often 강원 랜드 떡 get 바카라룰 ignored. You w88 login may also feel disappointed with the amount of money that the gambler gives to 마이크로 게이밍 his

    BalasHapus